YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan pemerintah Amerika Serikat akan meningkatkan kerja sama di bidang pertukaran mahasiswa. Selama ini, UGM telah merangkai program penawaran pertukaran pelajar dan mahasiswa, termasuk salah satunya melalui Youth Exchange and Study atau YES dan Future Leaders Exchange atau Flex, yang merupakan pengiriman pelajar dan mahasiswa Indonesia untuk belajar di AS.
Kebijakan peringatan perjalanan itu menjadikan jumlah kunjungan pelajar AS ke Indonesia tidak sebanding.-- Djoko Moerdiyanto
Demikian diungkapkan Sekretaris Eksekutif UGM Djoko Moerdiyanto seusai mendampingi Rektor UGM Prof Sudjarwadi menerima Acting Assistant Menteri Luar Negeri AS Maura M Pally di Yogyakarta, Jumat (23/4/2010). Menurutnya, peningkatan kerja sama ini dilakukan karena selama ini cukup menarik minat masyarakat.
"Kunjungan itu juga diharapkan memberi dampak pada jumlah pelajar dan mahasiswa AS yang akan belajar di UGM. Kebijakan peringatan perjalanan yang pernah dikeluarkan pemerintah AS beberapa waktu lalu menjadikan jumlah kunjungan pelajar AS ke Indonesia tidak sebanding dengan jumlah pelajar Indonesia yang dikirim ke AS," katanya.
Dia menambahkan, meski kebijakan peringatan perjalanan itu telah dicabut, kesan orang tua siswa di AS tetap masih khawatir untuk menyekolahkan anaknya di Indonesia. Menurutnya, kesan negatif itu menyudutkan Indonesia, sehingga tidak banyak yang berminat menyekolahkan anaknya ke Indonesia.
"Data menunjukkan setiap tahun 100 pelajar dan mahasiswa Indonesia melanjutkan studi ke AS. Jumlah itu tidak sebanding dengan pelajar dan mahasiswa AS belajar ke Indonesia, yang hanya 4-5 orang per tahun," katanya.
Oleh karena itu, menurut dia perlu upaya untuk menyeimbangkan jumlah pelajar dan mahasiswa tersebut. UGM berharap pemerintah AS bisa menyosialisasikan kondisi aman di Indonesia.
"Pada 2009 sekitar 30 rektor perguruan tinggi di AS berkunjung ke Indonesia. Separuh dari jumlah itu mengunjungi UGM, sehingga kami berharap dari kunjungan tersebut para rektor bisa meyakinkan masyarakat di AS bahwa Indonesia adalah negara aman dan bagus," katanya.


"Kunjungan itu juga diharapkan memberi dampak pada jumlah pelajar dan mahasiswa AS yang akan belajar di UGM. Kebijakan peringatan perjalanan yang pernah dikeluarkan pemerintah AS beberapa waktu lalu menjadikan jumlah kunjungan pelajar AS ke Indonesia tidak sebanding dengan jumlah pelajar Indonesia yang dikirim ke AS," katanya.
Dia menambahkan, meski kebijakan peringatan perjalanan itu telah dicabut, kesan orang tua siswa di AS tetap masih khawatir untuk menyekolahkan anaknya di Indonesia. Menurutnya, kesan negatif itu menyudutkan Indonesia, sehingga tidak banyak yang berminat menyekolahkan anaknya ke Indonesia.
"Data menunjukkan setiap tahun 100 pelajar dan mahasiswa Indonesia melanjutkan studi ke AS. Jumlah itu tidak sebanding dengan pelajar dan mahasiswa AS belajar ke Indonesia, yang hanya 4-5 orang per tahun," katanya.
Oleh karena itu, menurut dia perlu upaya untuk menyeimbangkan jumlah pelajar dan mahasiswa tersebut. UGM berharap pemerintah AS bisa menyosialisasikan kondisi aman di Indonesia.
"Pada 2009 sekitar 30 rektor perguruan tinggi di AS berkunjung ke Indonesia. Separuh dari jumlah itu mengunjungi UGM, sehingga kami berharap dari kunjungan tersebut para rektor bisa meyakinkan masyarakat di AS bahwa Indonesia adalah negara aman dan bagus," katanya.
4 komentar:
hey, nice to find this blog
:D
I Love Indonesia :)
prihatin.
indonesiiaaaaa gituh!
semoga makin banyak pelajar yang asing yang ke sini ya
itu kan bisa jadi bukti kalo pendidikan Indonesia udah pada maju ye
Posting Komentar